Dengung nyamuk yang sering mengganggu sebenarnya merupakan harmonisasi duet suara dari sepasang nyamuk yang sedang mencari pasangan. Nyamuk jantan berdengung untuk menunjukkan kejantanannya.
Duet nyamuk ini ditemukan dalam sebuah studi yang menyelidiki nyamuk Aedes aegypti, yaitu spesies yang membawa dan mengirimkan virus-virus yang menyebabkan deman berdarah dan demam kuning pada manusia.
Peneliti mengatakan bahwa hasil studi yang telah dipublikasikan dalam edisi online jurnal Science ini, memiliki implikasi untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, khususnya Aedes aegypti.
Dalam studi tersebut, tim peneliti dari Cornell University di New York merekam suara dengung nyamuk. Nyamuk menghasilkan suara dengung dengan mengepakkan sayapnya dengan kecepatan berbeda per detik.
Frekuensi suara sayap nyamuk jantan berkisar dari 550-650 Hz sedangkan nyamuk betina kisaran 350-450 Hz (atau kepakan sayap per detik).
Nyamuk biasanya berdengung secara berpasangan. Hampir 70 pasangan mengepakkan sayap dengan kecepatan atau frekuensi dasar, sehingga terdengar harmonis dan saling mencocokkan dengan cara tertentu.
Pada nyamuk Aedes aegypti, pejantan mengubah kecepatan sayapnya 2 kali frekuensi awal untuk mencocokkan harmonisasi dengan betina. Bila pasangan nyamuk ini cocok, maka akan menghasilkan duet kawin sekitar 1.200 Hz.
Peneliti memperkirakan, dengung kepakan sayap ini merupakan bentuk seleksi seksual yang digunakan nyamuk betina untuk menguji tingkat kebugaran nyamuk jantan sebelum kawin.
"Nyamuk betina menggunakan harmoni dengung untuk mencari pasangan yang cocok. Jika si pejantan terlalu lambat atau tidak cocok dengannya, maka si betina akan terbang menjauh," ujar Ronald Hoy, pemimpin studi dari Cornell University, seperti dilansir dari Livescience, Sabtu (25/9/2010).
Menurut Hoy, hasil studi akan memiliki implikasi untuk membendung penyebaran penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk. Idenya adalah dengan mencegah terjadinya perkawinan dan perkembangbiakan nyamuk, yaitu dengan melepaskan nyamuk jantan steril di alam liar.
Proses sterilisasi pada nyamuk jantan juga akan menghilangkan kemampuannya untuk menyesuaikan harmonisasi pada frekuensi 1.200 Hz (frekuensi duet kawin) dan nyamuk betina akan menolaknya, sehingga tidak akan terjadi perkawinan dan perkembangbiakan.
"Lagu-lagu cinta yang didengungkan nyamuk jantan bisa untuk menguji apakah ia seorang pejantan tangguh atau hanya seekor nyamuk yang tak berguna karena steril," jelas Hoy lebih lanjut.
Duet nyamuk ini ditemukan dalam sebuah studi yang menyelidiki nyamuk Aedes aegypti, yaitu spesies yang membawa dan mengirimkan virus-virus yang menyebabkan deman berdarah dan demam kuning pada manusia.
Peneliti mengatakan bahwa hasil studi yang telah dipublikasikan dalam edisi online jurnal Science ini, memiliki implikasi untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, khususnya Aedes aegypti.
Dalam studi tersebut, tim peneliti dari Cornell University di New York merekam suara dengung nyamuk. Nyamuk menghasilkan suara dengung dengan mengepakkan sayapnya dengan kecepatan berbeda per detik.
Frekuensi suara sayap nyamuk jantan berkisar dari 550-650 Hz sedangkan nyamuk betina kisaran 350-450 Hz (atau kepakan sayap per detik).
Nyamuk biasanya berdengung secara berpasangan. Hampir 70 pasangan mengepakkan sayap dengan kecepatan atau frekuensi dasar, sehingga terdengar harmonis dan saling mencocokkan dengan cara tertentu.
Pada nyamuk Aedes aegypti, pejantan mengubah kecepatan sayapnya 2 kali frekuensi awal untuk mencocokkan harmonisasi dengan betina. Bila pasangan nyamuk ini cocok, maka akan menghasilkan duet kawin sekitar 1.200 Hz.
Peneliti memperkirakan, dengung kepakan sayap ini merupakan bentuk seleksi seksual yang digunakan nyamuk betina untuk menguji tingkat kebugaran nyamuk jantan sebelum kawin.
"Nyamuk betina menggunakan harmoni dengung untuk mencari pasangan yang cocok. Jika si pejantan terlalu lambat atau tidak cocok dengannya, maka si betina akan terbang menjauh," ujar Ronald Hoy, pemimpin studi dari Cornell University, seperti dilansir dari Livescience, Sabtu (25/9/2010).
Menurut Hoy, hasil studi akan memiliki implikasi untuk membendung penyebaran penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk. Idenya adalah dengan mencegah terjadinya perkawinan dan perkembangbiakan nyamuk, yaitu dengan melepaskan nyamuk jantan steril di alam liar.
Proses sterilisasi pada nyamuk jantan juga akan menghilangkan kemampuannya untuk menyesuaikan harmonisasi pada frekuensi 1.200 Hz (frekuensi duet kawin) dan nyamuk betina akan menolaknya, sehingga tidak akan terjadi perkawinan dan perkembangbiakan.
"Lagu-lagu cinta yang didengungkan nyamuk jantan bisa untuk menguji apakah ia seorang pejantan tangguh atau hanya seekor nyamuk yang tak berguna karena steril," jelas Hoy lebih lanjut.