Dewasa ini, banyak orang yang hidupnya dilanda stres, dan banyak penyakit yang muncul terkait dengan stres. Tekan-an darah tinggi, penyakit jantung, kecemasan, depresi, gang-guan syaraf, insomnia, gangguan pencernaan, gangguan haid, migrain, stroke, kanker, dan bahkan bunuh diri. Semua penyakit tersebut jelas terkait dengan stres. Dan tak jarang untuk menghindari rasa stres tersebut banyak orang mengambil jalan salah misalnya lari ke alkohol, free sex dan narkoba. Ini terutama bagi kalangan anak-anak muda yang jiwanya masih labil. Biasanya anak-anak muda adalah kurang berpikir panjang sehingga ketika ditimpa masalah mudah melampiaskan-nya ke hal-hal yang destruktif seperti tersebut di atas. Barang-kali bisa dijadikan indikator bahwa jika anda menderita salah satu penyakit di bawa ini, anda mungkin mudah terkena stress.
1. Sering sakit kepala
2. Lemas dan selalu letih
3. Rasa tidak enak pada perut
4. Mual-mual dan tidak enak pada perut
5. Sulit buang air besar
6. Pegal-pegal serta di sertai sakit leher
7. Atau gangguan pada irama tidur anda, sulit tidur, atau bangun lebih awal
8. Sesak naas dan pusing-pusing
9. Nafsu makan tambah atau berkurang
10. Konsumsi rokok semakin meningkat
11. Sering lupa
12. Mudah tersinggung
13. Sulit berkonsentrasi dan membuat prioritas
Kita semua tak jarang mengalami gejala-gejala di atas saat menjalani hidup yang serba cepat dan menekan. Pola kehidupan semacam itu biasanya berlangsung lama. Maka inilah yang kemudian membuat diri kita mudah dilanda stress akibat tekanan dari berbagai gejala penyakit tersebut. Oleh karena itu untuk menghindarinya, anda perlu santai dan mencoba mente rapinya dengan ketawa. Memang mahal biaya untuk menghilangkan stress. Banyak orang mencoba untuk melakukan relaksasi, pijat, olahraga, meditasi, liburan, piknik, yoga, reaksi dan jalan-jalan. Tentu saja semua metode ini menghabiskan banyak waktu dan mahal. Bahkan tak jarang orang yang mengeluarkan biaya jutaan rupiah hanya sekedar sup ay a bisa menangis beberapa menit saja. Lihat misalnya orang-orang yang larut dalam training-training dan olah spiritual di hotel-hotel mewah. Dengan tingkat kesibukan yang tinggi jiwa mereka dilanda ketertekanan yang luar biasa. Maka sebagai obatnya mereka mengeluarkan uang besar untuk mereguk manisnya "anggur" spiritual. Maka orang memerlukan konsentrasi dan tekad untuk menekuni metode-metode ini.
Salah satu penyebab stres antara lain sikap terlalu serius dan spaneng. Hidup di dunia memang memerlukan sebuah keseriusan. Sewaktu kecil, seorang berulang kali di tanyai oleh orang tuanya, " kapan kamu akan serius?" Sebagai orang dewasa, jika anda kadang-kadang ingin bergembira, orang akan berkata, jangan bersikap seperti anak kecil! Hiduplah yang serius-serius. " Gus Dur sewaktu menjadi peserta penataran P4 tingkat nasional, saat disuruh ikut berpendapat itu, beliau mengawalinya dengan berkata" berbicara soal demokrasi saya baru saja mimpi dengan Bung Karno"! mendengar pernyataan Gus Dur yang sedikit penuh joke tersebut banyak peserta yang protes" Jangan mengatakan mimpi dong, ini kan penataran tingkat nasional, harus yang serius"! kemudian protes para peserta itu malah dijawab dengan guyonan yang cerdas sama Gus Dur" Bagaimana anda ini bisa berbicara soal demokrasi, kalau mimpi saja tidak boleh". Dari cerita itu menunjukkan bahwa kalau forum itu settingnya sudah formal yang levelnya sudah nasional apalagi global-mondial-internasional, seolah forum tersebut "haram' dibumbui joke atau sekedar santai karena dianggap menurun-kan kadar keseriusan dan "keabsahan" forum tersebut. Padahal sebenarnya tidak. Dalam forum-forum yang serius tersebut justru diperlukan rileksasi atau joke untuk mencairkan dan menyehatkan suasana. Memang aneh kalau ada sebagian kelompok yang menganggap joke atau guyonan di dalam forum serius itu dianggap mengurangi kehormatan dan keabsahan forum tersebut. Padahal tak jarang di dalam rapat-rapat DPR atau parlemen yang termasuk forum resmi dan serius justru sering diwarnai tawuran atau adu jotos antar anggota rapat. Bukankah fenomena semacam ini justru sangat naif, bukan sekedar menurunkan kadar keseriusan dan keabsahan forum, tetapi malah merontokkan kehormatan forum. Pertanyaannya mengapa tragedi dan ironi perang antar anggota rapat parlemen itu sering terjadi? Jelas karena justru diwarnai keseriusan yang amat tinggi sehingga melahirkan ketegangan dan emosi. Karena tensi keseriusannya yang terlampau tinggi sehingga tak ada ruang untuk santai dan sejuk, maka emosilah yang berbicara. Coba misalnya kalau di tengah-tengah ketegangan akibat keseriusan itu diselingi joke untuk mencairkan suasana dan meredakan ketagangan di dalamnya, tentu hal-hal yang memalukan seperti tawuran tersebut tidak bakal terjadi. Atas dasar inilah tidak rasional kalau joke atau suasana yang penuh tawa justru dianggap kontraproduktif dalam forum-forum yang serius.
Di manapun kita berada, tentu ada banyak keseriusan yang kemudian berujung pada ketegangan dan kelelahan sehingga mudah meledakkan emosi atau amarah. Di tempat kerja, forum diskusi, seminar bahkan tempat ibadah. Seringkali diskusi ilmiah atau pengajian agama berujung pada pelemparan kursi dan aksi saling hujat karena masing-masing pihak tidak bisa mengendalikan emosinya. Begitu juga di surat kabar dan TV yang banyak mempertontonkan berita buruk seperti kekerasan, perampokan, pengrusakan, anarkisme dan sejenisnya. Jadi setiap menit kita dikepung oleh hal-hal yang memuakkan. Di samping kita terhimpit oleh persoalan-persoalan hidup yang maha berat seperti persoalan ekonomi, kelaparan, pengangguran dan kemiskinan, lingkungan tempat kita hidup juga dilingkupi oleh hal-hal yang mengerikan dan menegangkan- Sempurna sudah tingkat ketegangan kita. Maka nyaris orang sekarang semakin tidak ada waktu untuk sekedar tertawa, malah yang terjadi sebaliknya hidup terasa tidak nyaman dan tidak tentram.
Di usia muda anak-anak dijejali beraneka informasi yang merusak seperti tawuran, pornografi, kenakalan remaja. Hal -hal semacam ini tanpa sadar merasuk ke dalam jiwa sang anak sehingga turut membentuk prilaku dan pola pikirnya. Kenapa seorang anak sulit diatur dan mudah marah? Karena kemungkinan besar ia hidup di lingkungan yang kacau dan rusak sehingga ia tidak menemukan kedamaian dan ketentaraman di dalamnya.
Anak-anak sejak dini sudah berada dalam kehidupan yang penuh ketegangan dan teror. Bukannya bermain basket, footstall atau main band dan hal-hal lain yang membuat pikirannya encer, cair dan gembira, tetapi justru melakukan hal-hal yang menyesakkan dada dan membuat gelapnya hati. Mereka entah secara alami atau memang disengaja jarang atau tidak terbiasa tertawa atau sekedar guyon sehingga hatinya mudah keras. Memang ini tak lepas dan kesalahan pendidikan yang diterapkan.
Para orang tua atau para tenaga pengajar ketika mengajarkan sebuah pemikiran tidak diselingi dengan tertawa. Seolah yang namanya logika adalah oposisi dari tertawa, humor seolah lawan dan rasio. Seolah kalau yang namanya rasionalitas, logika, filsafat, sains dan kajian-kajian ilmiah itu tidak bisa berjalan beriringan dengan humor atau joke. Hal ini jelas salah. Karena humor atau joke justru sering memancing ide-ide cemerlang. Banyak penemuan-penemuan besar yang dimulai dari sesuatu yang justru tidak logis dan terkesan gila atau lucu. Inilah kemudian para ilmuwan dan filosof justru banyak yang suka dengan cerita-cerita lucu.
Misalnya filosof Jerman Immanuel Kant. Seperti diceritakan bahwa setiap hari Kant sering mengundang tamu untuk makan bersamanya. Ketika makan bersama tamunya itu, Kant justru tidak mau cerita tentang filsafat, melainkan bercerita hal-hal yang lucu. Kant termasuk filosof yang suka humor. Salah satu humornya ia singgung dalam Kritik deer Ulteilkraft. Dalam cerita itu ia bercerita bahwa ketika seorang India melihat orang Inggris membuka botol bir, orang India tadi heran melihat busa bir yang menyembul dari botol tersebut, Maka orang Inggris bertanya kepada orang India tadi, mengapa dia begitu heran dengan keluarnya busa bir tersebut. Maka, orang India langsung menjawab bahwa ia keheranan bukan karena busa yang keluar itu, tetapi tentang bagaimana orang memasukkan busa ke dalam botol bir tersebut.
Hidup memang membutuhkan keseriusan. Tetapi serius bukan berarti haram tertawa. Kalau serius kita artikan sebagai sesuatu yang tidak boleh tertawa, maka konsekuensinya kita akan membayar mahal: stress. Kalau sudah stres, maka ongkosnya lebih mahal lagi. Karena stress kalau sudah melanda biasanya sulit untuk dihilangkan, minimal akan terus menimbulkan migran. Jangan dikira, hidup yang tidak pernah tertawa alias terlalu serius itu sesuatu yang produktif. Justru kalau seriusnya berlebihan akan kontraproduktif karena banyak menimbulkan hal-hal yang destruktif. Kita akan sulit menemukan jalan untuk keluar dari berbagai macam gangguan jiwa yang di sebabkan terlalu serius berpikir. Berpikir serius memang harus, tetapi juga perlu kita kasih selingan dengan joke-'oke segar secara wajar untuk menghilangkan kepenatan dan ketegangan yang mengganggu.
Di negara-negara tertentu sudah ada semacam klep tawa, dan sejak awal pembentukan klep tawa ada beberapa orang yang di buat penasaran oleh ide ini, tetapi di warnai sedikit keraguan efek sampingnya. Tetapi terlalu banyak tertawa sehingga menimbulkan senda gurau yang tak bermakna juga tidak baik dan malah merupakan penyakit tersendiri. Akhirnya, segala sesuatu hanya dianggap sebagai gurauan belaka dan tak serius untuk mengatasinya. Kemiskinan, pengangguran, pendidikan mahal adalah masalah-masalah serius yang tidak bisa dibuat gurauan belaka karena menyangkut nyawa dan kehidupan orang lain. Tertawa merupakan hal yang baik dan menyehatkan sepanjang dia diterapkan pada kondisi yang pas dan dalam kadar yang pas.